Tell Me The Truth
Waktu berlalu. Detik-detik penuh dengan keheningan, menit-menit penuh dengan amarah, dan jam-jam penuh dengan kekecewaan. Kesalahpahaman adalah kedatangan tuan bengis yang saya benci. Halo. Tombol telepon tak bergeming. Pada jam enam pagi, saya terpental entah ke mana, di tempat asing ini saya temukan diri merenung, bergulat dengan kehampaan yang menolak tuk disapa oleh lalu lalang pasang mata. Pada jam dua belas siang, saya mengembara ke masa lalu, lewat pelataran ponsel dan labirin ingatan, di sana harapan tersapu oleh arus yang tak terbendung. Jantung saya dirajam rindu sampai habis, setengahnya lagi adalah kecewa yang bersarang di tiap pori-pori kulit saya, kemudian sedikitnya lagi adalah senyum palsu yang gemar membujuk saya tuk berumur panjang. Pada jam tujuh malam, saya temukan dada sesak dan tenggorokan kering lewat permintaan maaf yang berkali-kali diungkap bersama. Oh, my crescent moon. Sleeping tonight will not be sound.