Posts

Tell Me The Truth

Image
Waktu berlalu. Detik-detik penuh dengan keheningan, menit-menit penuh dengan amarah, dan jam-jam penuh dengan kekecewaan. Kesalahpahaman adalah kedatangan tuan bengis yang saya benci. Halo. Tombol telepon tak bergeming. Pada jam enam pagi, saya terpental entah ke mana, di tempat asing ini saya temukan diri merenung, bergulat dengan kehampaan yang menolak tuk disapa oleh lalu lalang pasang mata. Pada jam dua belas siang, saya mengembara ke masa lalu, lewat pelataran ponsel dan labirin ingatan, di sana harapan tersapu oleh arus yang tak terbendung. Jantung saya dirajam rindu sampai habis, setengahnya lagi adalah kecewa yang bersarang di tiap pori-pori kulit saya, kemudian sedikitnya lagi adalah senyum palsu yang gemar membujuk saya tuk berumur panjang. Pada jam tujuh malam, saya temukan dada sesak dan tenggorokan kering lewat permintaan maaf yang berkali-kali diungkap bersama.  Oh, my crescent moon. Sleeping tonight will not be sound.

Tuan, Bisuku 'Tuk Kita Hidup

Image
✉️✉️ Pada hari kau mengutarakan rasa dengan balutan rasa malu adalah hari bisu yang paling lucu dalam sejarah hidupku. Itu semua karena kamu akhirnya berhasil menemukan tempat persembunyianku yang tak beralamat di peta. Kau akhirnya berhasil melampaui perjalanan paling rumit; melewati tanjakan dan jalan berkelok dengan modal intuisi sebagai petunjuk. Walau pada akhirnya kau tahu, bisuku bukanlah jawab dari sesuatu yang kamu tunggu, melainkan awal dari rasa aman dan nyaman yang baru akan tumbuh. Bisuku ialah awal kau mengenaliku secara utuh. Bagaimana aku yang telanjang luka, bagaimana aku yang terkadang gila oleh tawa, dan bagaimana aku yang bodoh mempersembahkan lelucon. Namun, bisuku juga adalah waktu untuk membaca cerita yang samar-samar ditunjukkan oleh mimik wajahmu. Melalui mata sayumu, kulihat lelah bernapas di sana. Melalui heningmu, aku dengar suara berisik. Melalui rasa takutmu, aku mengenali rasa sayang yang tulus. Selepasnya, dadaku sesak, aku kerap merenung. Ra...

Hai!

Aku akan membagi cerita pendek pertamaku di tahun 2025, stay tune, ya!

Kehilangan Pemilik Rumah

Image
Aku mendadak ketakutan seorang diri, takut apabila rumah ini punya batas sewa seperti ibu. Aku pernah termangu sambil diam mengamati cermin kemudian mulai bertanya-tanya. Sejak kapan aku mahir mengepang rambut hitam pekatku? Sejak kapan aku piawai memasak lauk? Sejak kapan aku sukar merias diri dan memakai pemerah bibir? Sejak kapan aku pandai berjalan sementara dahulu untuk merangkak saja perlu ditopang? Lambat laun usiaku menginjak kepala dua, tetapi aku masih rindu aroma kue ibu setiap menjelang hari raya. Kata teman, masakan ibu lezat. Aku rindu sarapan pagi. Aku rindu jalan-jalan dan mampir ke toko boneka. Aku rindu merengek tidak mau mandi. Aku rindu belaian ibu menyisir helai rambutku setiap senja merambat. Namun, suatu hari ibu menawarkan pelukan hangat di depan orang-orang dewasa yang datang menjenguk. Aku pikir itu perayaan atas kesembuhannya. Dokter berkumpul di ruang itu dan memintaku untuk pergi ke luar. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Aku pernah mena...

Kita: Merekah Alegori

Image
Perasaan adalah hal tabu yang tak pernah bisa dibicarakan oleh manusia. Termasuk kita. Dua insan yang saling mengatup bibir di hadapan langit dan laut. Beranjak menjatuhkan kaki sebagai jangkar hidup. Berlarian kesana-kemari. Menatap perahu bergenang. Kendati ia berpetualang seperti sebuah harapan. Kita diam, syahdu menikmati semilir angin tenggara. Dalam hati mendongeng perihal arti kata ikhlas. Malu-malu merekah senyum saat pertemuan ujung kelopak menjadi pertimbangan. Risau bagaimana akhir cerita. Tidak tahu akan ke mana lagi keluh kesah bermuara.  Walau akhirnya tak jadi satu. Tetapi, hidup adalah tugas dari Tuhan. Hari ini atau esok lusa. “Siapa bisa membantah?” Selalu ada alasan mengapa manusia dipertemukan. Entah untuk saling menggenggam atau berpisah jalan. Lambat laun, kekecewaan seperti rumah untuk dihuni. Kita tabah merawat luka. Di tengah singgasana, tersadar. Bumi terlalu untuk kita isi penuh dengan kenangan. Maka, menepilah perasaan-perasaan yang mengakar ...

Kolase Perihal Tuan

Di antara nada-nada lagu yang menenangkan. Kepala Puan hanyut menimang-nimang kolase masa lalu. Perihal Tuan, yang enggan ia tanyakan kabarnya. Perihal Tuan, yang masih ia tebak-tebak isi hatinya.  Seandainya saja, Puan bisa membuka kembali pintu masa lalu, maka Puan akan berlari mencari-cari tempat persembunyian Tuan. Puan hanya ingin mengajak Tuan berbincang, tertawa bersama, dan mengenal lebih dekat lagi.  Puan pasti tidak hanya akan terpaku menatap langit dengan perasaan hampa. Sambil mendongak, kegelapan awan mengingatkan Puan pada Tuan. “Apakah kita sedang menatap langit yang sama, Tuan? Dengan awan gelap yang sempurna membungkus malam? Tak ada hiasan lain, sebab langit mendung akan segera menurunkan hujan. Ataukah pada jarak yang amat jauh, kau menemukan awan yang sedikit bersinar? Dengan cahaya emas rembulan dan rasi bintang di sekitarnya?” Tahun-tahun berlalu begitu cepat seperti kilatan cahaya dan gemuruh petir yang saling bersusulan, dan Puan selalu saja berkata, “A...

Elegi Abadi

Di salah satu wadah pelajar mencari ilmu, oknum membuat drama. Kami, terinjak oleh sepatah kata tetua yang sabdanya dibenarkan oleh kepemilikannya yang meninggi. Entah analogi apa yang diaspirasi lagi. Hanya yang tersemat, kami adalah sesama wanita pribumi. Tapi mirisnya ia dan sang nurani hangus dalam merapi. Tak apa, akan saya reka dramanya hari ini. Dengan ini, saya berdeklarasi kerap terjadi retakan hati. Sebab akibat lidahnya bersua, “Macam apa hidup berlagak tuli oleh kebutaan diri-sendiri?” Sampai kembali membuat saya lupa diri. Ia telah mencuri hak asasi. Merenggut peduli orang lain demi melabeli bahwa dirinya ialah pahlawan pertiwi. Padahal sekitarnya bukan pencuri yang akan mengganti kursi. Saya cukup terkejut, lantaran tutur katanya berkata, “Akan terjebak dalam jeruji diri-sendiri.” Menggambarkan seolah-olah ialah penguasa negeri ini. Hanya karena terlambatnya pemahaman saya mengenai ilmunya, ia langsung memberi kecaman. Memojokkan saya seolah sampah di negeri ini, berkata ...