Tuan, Bisuku 'Tuk Kita Hidup




✉️✉️

Pada hari kau mengutarakan rasa dengan balutan rasa malu adalah hari bisu yang paling lucu dalam sejarah hidupku.

Itu semua karena kamu akhirnya berhasil menemukan tempat persembunyianku yang tak beralamat di peta. Kau akhirnya berhasil melampaui perjalanan paling rumit; melewati tanjakan dan jalan berkelok dengan modal intuisi sebagai petunjuk.

Walau pada akhirnya kau tahu, bisuku bukanlah jawab dari sesuatu yang kamu tunggu, melainkan awal dari rasa aman dan nyaman yang baru akan tumbuh.

Bisuku ialah awal kau mengenaliku secara utuh. Bagaimana aku yang telanjang luka, bagaimana aku yang terkadang gila oleh tawa, dan bagaimana aku yang bodoh mempersembahkan lelucon.

Namun, bisuku juga adalah waktu untuk membaca cerita yang samar-samar ditunjukkan oleh mimik wajahmu. Melalui mata sayumu, kulihat lelah bernapas di sana. Melalui heningmu, aku dengar suara berisik. Melalui rasa takutmu, aku mengenali rasa sayang yang tulus.

Selepasnya, dadaku sesak, aku kerap merenung. Raguku masih terus mempertanyakan kemurnian rasa yang tertanam dalam hatimu. Ada banyak sekali takut yang bersemayam dan usianya bahkan melebihiku. Aku bingung. Sementara, perasaanku pelan-pelan tumbuh dan merebak wanginya. Aku gagal untuk mengutarakan, tetapi jika suatu keadaan membuatmu merasa sendiri dalam ajang jatuh hati, datanglah dan dekati rentangan tanganku yang selalu terbuka untukmu. Dengar aku berteriak, "Aku ingin menghidupkan kita!" Karena aku setia dengan hati yang sama. Aku tidak ingin kehilangan dan bangun di pagi hari hanya untuk mencari sesuatu yang mustahil.

Tolong percaya padaku. Percayalah pada secuil harap yang hidup di genggamanku. Kuharap usianya akan panjang, menemani matinya ragu, hingga aku masih punya banyak waktu untuk melawan musuh-musuh lainnya; termasuk pertanyaan yang terlintas di kepala. Jadi, bila kau punya banyak waktu untuk 'mendengarku' lebih lama dan menjawab pertanyaan konyolku lebih banyak, terus dekat, ya.

Terus dekat hingga aku melihatmu jadi tua dan giginya ompong! 

Comments

Popular posts from this blog

Kita: Merekah Alegori

Kehilangan Pemilik Rumah

Kolase Perihal Tuan